Thursday 28 June 2007

Rumah Untuk Hatiku

Pada dasarnya, semua orang di dunia ini adalah pengembara. Setiap harinya, kita dituntut untuk melakukan sebuah perjalanan. Perjalanan yang berdasarkan tujuan, dan tujuan itu untuk setiap manusia adalah berbeda-beda. Namun satu hal yang pasti bahwa perjalanan itu tak selalu mudah. Selalu diiringi oleh cobaan-cobaan, rasa takut, rasa pesimis, namun juga diimbangi oleh perasaan senang, puas, dan gembira, jika saja akhir dari perjalanan itu adalah tersampainya tujuan kita.

Kita selalu berpikir, bahwa kemanapun kita pergi, selalu ada satu tempat yang disebut dengan rumah.

Rumah ini adalah yang kita anggap sebagai tempat kita kembali, tempat kita untuk berpulang setelah selesai pengembaraan kita, apapun tujuannya.

Di dalam rumah inilah kita merasa nyaman, karena kita berada pada suatu tempat yang kita kenal, yang kita tahu siapa orang-orang yang ada di dalamnya. Di dalam rumah ini pula, kita coba untuk meninggalkan dunia luar yang membutuhkan banyaknya perjuangan, dan menjadi tempat kita untuk beristirahat.


Namun kita harus menyadari, bahwa tak selamanya rumah yang kita terus berpulang kepadanya, adalah rumah kita yang sebenarnya. Dahulu waktu kecil, kita berpikir rumah kita adalah tempat dimana orang tua kita tinggal. Orang-orang yang sudah berkeluarga melihat bahwa rumah mereka adalah tempat dimana suami atau isteri, dan anak-anak mereka tinggal. Orang-orang yang merantau untuk menuntut ilmu berpikir bahwa rumah mereka adalah negara atau kampung halaman mereka.

Akan tetapi, saat orang tua mereka telah tiada, atau mereka berpisah dari keluarga mereka, tiba-tiba hilanglah tujuan untuk mereka pulang ke rumah. Mungkin dahulu mereka pikir bahwa karena itu adalah rumah mereka, maka mereka pulang kepadanya. Tapi yang mereka tidak sadari adalah bahwa mereka pulang ke rumah itu karena ada sebuah tujuan, dan jika tujuan itu hilang, maka hilanglah pula rumah mereka.

Kadang hati ini selalu mencari dimanakah rumahnya, dimanakah dia harus beristirahat, dimanakah dia harus berhenti sejenak saat letih menghadapi dunia ini.

Mungkin memang rumah untuk hati ini adalah Tuhannya.

Saat kita pergi ke tempat beribadah, ada satu tujuan yang tak pernah berubah, yaitu untuk bertemu dengan Tuhan kita. Di daerah manapun dalam belahan bumi yang manapun, saat kita pergi ke tempat ibadah, hanya ada satu tujuan kita, dan tujuan itu tak pernah berubah dari sejak pertama kali kita menginjakkan kaki di dalamnya, yaitu untuk bertemu denganNya. Karena Dia kekal, Dia adalah sebuah tujuan yang tak akan pernah hilang, tak akan pernah pergi, yang selalu dengan tangan terbuka menerima kedatangan kita, asalkan kita benar-benar ingin datang kepadanya.


Saat kita berada di tempat-tempat ibadah itu, cobalah ingat, bahwa itu adalah rumah kita yang sebenarnya, karena di dalamnya, tak akan pernah berubah tujuan kedatangan kita. Atau lebih tepatnya, tak akan pernah berubah tujuan kepulangan kita.

"God is at home. It is we who have gone for a walk." - Meister Eckhart

Wednesday 20 June 2007

Doa Untuk Yang Tak Teraih


Aku tahu hati ini terbolak-balik
Kau yang menciptakannya
Kau yang memerintahkannya

Tapi selama perasaan ini masih ada
Ku mohon agar Kau menjaganya
Dan mengembalikannya
Ke jalanMu yang membebaskanku

Karena saat ini
Hati ini sedang berbalik kepadanya

Tuesday 12 June 2007

Kesepian Yang Menyadarkanku

Kita hidup di dunia ini tidak sendiri, bersama semua orang kita selalu belajar untuk berbagi, belajar untuk hidup bersama. Bahkan hidup kita pun kita bagi bersama orang-orang di sekitar kita. Dengan mencoba untuk menjadi orang yang berguna bagi sesama, kita bagi sedikit dari hidup kita untuk dimasukkan ke dalam hidup mereka, sebagaimana mereka juga menyisihkan sedikit dari hidup mereka, untuk berada dalam hidup kita.


Namun dari semua kebersamaan itu, selalu ada satu hal yang pasti, bahwa memang benar-benar tak ada yang abadi di dunia ini. Semua yang datang pasti akan pergi, semua yang berawal pasti akan berakhir, namun kita tak pernah menyadari. Kadang kita tidak pernah berfikir panjang, kita lupakan masa depan karena kita begitu menikmati masa sekarang. Seakan-akan kita tidak pernah belajar dari masa lalu, bahwa kita pernah kehilangan sesuatu, pernah kehilangan seseorang, dan mungkin kita pernah kehilangan diri kita sendiri.

Mungkin saat ini kita sedang sendiri, sedang berada di dalam sebuah kesepian. Saat-saat inilah kita sadar, bahwa hanya ada satu yang selalu menemani kita selama ini. Saat-saat inilah kita seharusnya sadar, bahwa hanya ada satu yang selalu akan hadir di dalam kesepian kita, di dalam kesulitan kita, di dalam masa-masa sulit kita. Kapankah kita akan sadar bahwa memang Tuhanlah teman baik kita? Dialah sebaik-baiknya teman hidup ini. Dia tahu watak kita dari sejak kita terlahir, di saat muda kita, di saat tua kita, dan di saat kita menghembuskan nafas terakhir kita. Dia selalu memaklumi saat kita menganiaya diri kita di depanNya, selalu membuka tangannya di saat kita meminta pertolonganNya, juga selalu menjadi tempat kita bersanding dan menangis saat hidup ini tak sejalan dengan hati kita.

Dalam kesepian ini, seharusnya kita sadar, bahwa semua orang di dunia ini mampu mengecewakan kita. Semua orang di dunia ini yang pernah kita sakiti, mampu untuk tak memaafkan kita. Namun, tidakkah kita sadar, bahwa sebanyak apapun dosa kita, tetap saja Dia turunkan rezeki-rezeki itu kepada kita? Seharusnya kita tidak boleh bersedih akan kesunyian ini, tak perlu menangis akan kesepian ini. Lihatlah ke atas, ada yang menjaga kita, asalkan kita percaya!


Beruntunglah orang-orang yang dapat mengambil Tuhan mereka sebagai teman baik mereka, karena di dalam kesepiannya, akan selalu ada yang menemaninya. Mereka tak akan pernah sendiri, tak akan pernah bersedih, tak akan pernah merasakan kesepian.

"Friends will keep you sane. Love could fill your heart. A lover can warm your bed. But lonely is the soul without a mate." - David Pratt