Saturday, 8 December 2007

This Word Was Invented For This


Saat semua permasalahan sudah bertumpuk menjadi satu, membelenggu dada kita, dan tak ada satu solusipun muncul untuk meringankannya, secara naluriah kitapun mulai memikirkan untuk berputus asa. Setiap manusia pasti akan melewati masa-masa itu, dan hanya jiwa-jiwa yang ditopang oleh imanlah yang mampu bertahan sampai ke titik akhir masa pengujian.

Masa-masa sulit ini sedang datang ke dalam hidupku dan membuatku mulai merasakan letih. Saat aku cerita ke temanku, diapun mengatakan sebuah hal yang sudah sering kukatakan berkali-kali kepada diriku sendiri: "Jangan putus asa!"

Akupun berkata, "My friend, the word putus asa was invented for a moment like this!"

Sambil tersenyum diapun menjawab, "And dzikir was invented after that moment".

"Semoga jalan keluar terbuka, semoga kita bisa mengobati jiwa kita dengan doa. Janganlah engkau berputus asa manakala kecemasan yang menggenggam jiwa menimpa. Saat paling dekat dengan jalan keluar adalah ketika telah terbentur pada putus asa." - Ali ibn Abi Talib

Wednesday, 5 December 2007

Sampai Aku Berdiri Saat Ini

Perjalanan seorang musafir bukanlah perjalanan yang mudah. Banyak sekali rintangan-rintangan di tengah jalan yang dapat membuatnya merasa kesepian, merasa kehilangan, merasakan kerinduan yang luar biasa terhadap rumah yang berisi orang-orang yang dicintainya. Meskipun tujuannya adalah untuk meraih sesuatu yang lebih besar, namun tak bisa dipungkiri pengorbanan yang harus diberikan memanglah begitu besar, dan terkadang menyakitkan.

Tak terkecuali dengan diriku, baru saja aku melihat foto-foto terbaru keponakanku yang baru berumur 1 tahun, dan tiba-tiba aku merasakan sebuah kerinduan yang luar biasa. Aku yang tak mampu berbuat apa-apa dari tempat yang jauh ini, hanya bisa mengirimkan sebuah doa. Sebuah doa agar ia tumbuh dewasa dengan baik, menjadi orang yang baik, dan dijauhkan dari segala yang membahayakannya. Doa itu aku ucapkan dengan begitu tulus dari hati yang paling dalam, agar benar-benar didengar olehNya dan dikabulkanNya.


Namun akupun teringat dengan diriku yang sekarang ini. Aku yakin doa orang tuaku begitu banyak dan mulianya untukku. Belum lagi saat aku terlahir, betapa banyak orang-orang yang berkumpul mendoakanku agar aku menjadi orang yang baik dan berakhlak mulia. Tapi sesungguhnya, hanya aku dan Tuhan yang tahu betapa banyak dosa-dosa yang telah aku perbuat. Betapa banyak kesalahan-kesalahan yang telah aku lakukan.

Jika aku melihat ke masa lalu, masih teringat jelas bagaimana aku perlahan-lahan berubah menjadi manusia yang seperti sekarang ini, penuh dengan kesalahan-kesalahan yang dengan malunya aku tutupi.

Jika aku mengingat semua itu, aku merasa seakan-akan aku hanyalah sebuah jasad yang tak bernyawa yang ditarik oleh sebuah kendaraan yang bernama 'waktu'. Aku hidup seperti tak mempunyai tujuan, hanya menjalaninya sampai maut menjemputku.

Namun apa yang membuatku begitu ingin untuk berubah? Apakah yang membuatku percaya bahwa suatu saat nanti akan ada hari yang lebih baik? Mungkin itu karena aku masih percaya kepadaMu, mungkin itulah satu-satunya yang selama ini menyelamatkanku dari keputusasaan. Jika itu hanya satu-satunya hal yang aku mampu lakukan dengan benar, maka tolonglah ya Tuhan, berikanlah padaku kemurahan dariMu. Sesungguhnya Engkau tahu seberapa kuatnya kami mencoba, sesungguhnya hanya Engkaulah yang tahu seberapa letihnya kami bertahan.

Hari yang baik pasti akan datang, aku tahu itu. Selama aku menunggu, aku akan coba untuk terus bertahan. Sampai aku berdiri saat ini, di tempat ini, i will still go as far as i can, as far as You allow me to.

Sunday, 25 November 2007

Saat Hati Ini Takut

Sekuat-kuatnya seorang manusia, sebesar-besarnya kekuasaan seorang manusia, pasti dalam hati kecilnya ada sebuah kesadaran bahwa sebenarnya kita adalah makhluk yang lemah. Banyak hal-hal di dunia ini yang kita tidak punya kuasa akannya. Banyak hal-hal di dunia ini yang kita tidak punya kemampuan untuk mengaturnya. Ketidakmampuan kita untuk mengontrol hal-hal itu seringkali membuat kita takut, seringkali membuat kita ingin melarikan diri dari kenyataan. Namun kemanakah kita harus berlari? Kemanakah kita mampu mencari perlindungan? Kemanakah kita mampu mengumpat, sehingga rasa takut itu hilang?


Mungkin rasa takut memanglah satu hal yang naluriah dalam hati manusia. Mungkin rasa takut memang sesuatu yang tidak bisa dihindari, karena mungkin memang itulah reaksi yang dikeluarkan oleh manusia secara naluriah saat hatinya benar-benar sedang terdesak mencari jalan keluar. Tapi yakinlah, bahwa Tuhan tak akan menciptakan rasa takut di dalam hati tanpa menciptakan sebuah solusi yang akan menjadi pasangannya.

Sesungguhnya, hanya ada satu cara kita bisa melewati rasa ini, dan cara itu adalah dengan sebuah 'persiapan'.

Sebuah rasa takut di dalam hati, layaknya kita coba temani dengan sebuah persiapan untuk menghadapinya. Seorang murid pasti akan merasakan rasa takut saat masa-masa ujian sudah mulai dekat, tapi apakah dia mampu melewatinya dengan cara melarikan diri? Seorang prajurit akan bergetar hatinya saat akan berangkat menuju ke sebuah medan perang, namun apakah dia mampu memenangkan peperangan itu dengan mundur ke belakang? Seorang hamba, akan lemas tak berdaya, saat akan bertemu dengan penciptanya, dan sungguh benar-benar kita akan melewati ini dan tak akan mampu melarikan diri dari pertemuan denganNya. Apakah kita sudah menemani rasa takut kita kepadaNya dengan sebuah persiapan? Persiapan yang cukup, yang akan kita persembahkan kepadaNya, untuk menyelamatkan kita di hari akhir nanti?

Persiapkanlah segala sesuatu dengan cermat, maka yang terbaiklah yang akan terjadi. Janganlah putus asa karena sebuah rasa takut, karena saat kita berputus asa, saat itu pulalah kita memutuskan diri kita dengan jalan keluar.

"He who is well prepared has half won the battle." - Proverb

Monday, 29 October 2007

Mungkin Saatnya Untuk Merenung

Sebenarnya, tujuan penulisan dari blog ini adalah pencurahan segala kegelisahan yang ada di dalam hati. Mungkin kita tak selalu menyadarinya, tapi terkadang lebih mudah untuk menyampaikan sebuah rahasia kepada orang yang tidak kita kenal, karena kita merasa rahasia yang tidak begitu significant untuk seseorang bisa membuat kita lebih ringan untuk membukanya dan menceritakannya. Blog ini mungkin berasal dari analogi itu, tanpa tahu siapa pembacanya, dan siapa penulisnya, kita bisa lebih memberi dan menerima dengan tanpa batas, tanpa rasa malu. Dan mudah-mudahan, pada akhirnya ilmunya lah yang akan bersinar paling terang dari semua yang bersangkutan dengan blog ini.

Namun tak bisa dihindari pula, ada waktu-waktunya dimana mencurahkan hatipun tak bisa mengobati keelisahan yang ada di dalam hati kita. Bagaikan tak ada satupun manusia di dunia ini yang bisa memberikan obat atas apa yang membuat hati ini gusar. Dan mungkin, pada saat inilah manusia kembali ke Tuhannya. Mungkin, pada saat inilah kita mengakui betapa kecilnya kita. Bagaikan seorang bayi yang mencari-cari orang tuanya, kitapun menundukkan kepala kita dan meninggikan hati kita untuk mencariNya.


Sebagaimana blog ini adalah sebuah tempat pelarian kecil untuk penulisnya, setiap manusia pastilah punya tempat pelarian yang dia selalu tuju saat mulai letih berada di jalur cepat dunia ini. Dan seandainya renungan setiap manusia tercatat dalam sebuah kertas, akan ada cerita-cerita yang bermakna dari tiap-tiapnya, akan ada drama-drama yang bisa menjadi pelajaran bagi yang membacanya.

Mungkin ini adalah posting yang paling pribadi dari semua posting yang ada di blog ini. Tapi sebagaimana yang terlihat di judul posting ini, mungkin memang inilah saatnya untuk merenung. Bukan merenung dan menuliskannya ke dalam blog ini, tapi merenung dan menuliskannya ke dalam hati ini, untuk disampaikan kepadaNya.

Saturday, 1 September 2007

Kegelisahan Hatiku


Kegelisahan hatiku telah membuatku bersedih...

Namun apa yang perlu disedihkan? Tidakkah ada keluarga yang menyayangiku? Orang tua yang menghidangkan nasi di meja makanku? Mereka memperhatikanku meskipun aku tak tahu, mendoakanku meskipun aku tak memohonnya, menyayangiku meskipun tak membalasnya. Kesedihanku akan semua permasalahan di dunia ini telah membuatku lupa akan kebahagiaan yang hakiki, yang seharusnya menjadi motivasi hidupku. Janganlah bersedih lagi, karena mungkin jika kulihat dari sudut pandang yang lebih luas, yang lebih terbuka, mungkin tak ada satupun masalah yang perlu kutangisi, karena semua jalannya telah dipermudah untukku.

Kegelisahan hatiku telah membuatku putus asa...

Harapan dan doa adalah senjata yang sangat kuat yang dimiliki oleh manusia. Dengan sebuah harapan dan doa, kita memohon kepada Tuhan untuk menjadi pembimbing kita di depan, pendorong di belakang, penyanggah kita di bawah, dan tempat kita bergantung di atas. Sungguh janganlah putus asa selama kita masih bisa berharap, masih bisa berdoa, karena meskipun satu dunia ini tak memihak pada kita, namun bantuan Tuhan adalah yang terbaik yang bisa kita dapati.

Kegelisahan hatiku telah membuatku menangis...

Mungkin memang sedih itu adalah alam dari manusia, namun janganlah kita sampai tidak ikhlas dengan apa yang terjadi pada kita. Janganlah kita menangis yang sia-sia, menangis yang tidak membuat kita bangkit, tidak membuat kita menyesal akan dosa-dosa kita, tidak membuat kita menatap hari esok lebih baik. Janganlah lupa bahwa air mata, dengan kekuatannya, bisa memadamkan api neraka. Ingatlah nikmat yang kita terima hari ini. Bayarlah bukan dengan air mata kita, tapi dengan tawa kita. Tawa yang bisa mencerahkan hari kita, dan hari orang lain.

Kegelisahan hatiku telah membuatku kehilangan arah...

Manusia hidup di dunia ini memang terombang-ambing. Seringkali kita melakukan kesalahan-kesalahan yang semakin menjatuhkan kita ke dalam lubang kehancuran. Namun, ingatkah kita akan bagaimana kita selalu belajar untuk melakukan sebuah perbaikan? Ingatkah kita bagaimana dahulu kita menerima semua perih dengan lapang dada, demi sebuah kesuksesan? Usaha itu pasti bisa kita ulang lagi agar kita kembali ke arah yang benar. Bukankah dengan usaha dan doa, Tuhanlah yang akan membimbing kita? Jika saja kita percaya, maka benar-benar Dia akan ada untuk kita, untuk mengembalikan kita, ke jalan yang dahulu telah memerdekakan kita, dari kegelisahan hati ini.

Sunday, 19 August 2007

Niat


Aku
Kamu
Dia
Bertiga
Seperti niat kita dulu
Di awal perjalanan ini

Monday, 13 August 2007

Kerajaan Yang Aku Bangun

Di muka bumi ini kita tak pernah berhenti berjalan, dari satu tempat ke tempat yang lain, dari satu tujuan ke tujuan yang lain. Berjalan itu perlu, karena bumi ini luas! Kesempatan-kesempatan yang berbeda bermunculan di tempat-tempat dan waktu-waktu yang berbeda pula. Itulah perjalanan hidup, bisa berarti perjalanan yang sebenarnya, bisa berarti perjalanan pendewasaan diri, dan bisa berarti perjalanan spiritual.


Tapi apakah kita pernah mengingat tentang apa yang telah terjadi dengan Kerajaan Yang Kita Bangun dahulu? Ingatkah kita saat kita pertama kali memasuki sebuah komunitas yang sangat baru untuk kita? Di saat-saat nama kita belum dikenal siapapun, saat kita belum mempunyai reputasi apapun, perlahan-lahan kita belajar untuk bangkit, belajar agar bisa dikenal oleh orang-orang. Dengan segala sedih dan tawa, dengan segala kesuksesan dan kegagalan, harapan-harapan itu menjadi sebuah motivasi agar kita tidak pernah menyerah.

Akan tetapi, bagi orang-orang yang hidupnya selalu berpindah-pindah, mereka mengetahui bahwa tak ada yang abadi di dunia ini. Suatu saat, cepat atau lambat, akan mereka tinggalkan kesuksesan-kesuksesan yang telah mereka bangun dari nol. Mungkin mereka meninggalkan itu untuk sesuatu yang lebih baik, namun ada juga yang ditinggalkan oleh apa yang telah mereka perjuangkan. Sehingga akhirnya kita diingatkan lagi oleh ketidakabadian yang selalu hadir di dunia ini.

Alangkah anehnya hidup ini, semua yang kita perjuangkan, pada akhirnya akan kita tinggalkan, seakan-akan tak bergunalah semua perjuangan itu pada akhirnya.

Namun, mungkin bukanlah hasilnya yang sebenarnya kita cari. Mungkin dalam hidup ini semuanya hanyalah kesempatan. Mungkin yang selama ini kita perjuangkan bukanlah meraih hasil, tapi meraih kesempatan, karena hasilnya hanyalah Tuhan yang menentukan. Jika saja semua ini adalah kesempatan, maka begitu juga dengan hidup itu sendiri. Seluruh detik dalam hidup kita yang kita lalui, mungkin adalah sebuah kesempatan-kesempatan yang mengalir untuk kita raih, agar bisa berguna untuk hidup yang berikutnya. Jikalau saja itu demikian, memang benar tak sepatutnya kita menyombongkan diri untuk hal-hal yang akan kita tinggalkan.


Semua istana-istana yang kosong itu adalah buktinya. Semua sejarah peradaban-peradaban dari zaman yang lalu itu adalah contohnya. Semua raja-raja yang sekarang menyatu dengan tanah adalah saksinya. Suatu hari nanti, kerajaan yang telah aku bangun, bukan milikku lagi.

"What we have done for ourselves alone dies with us. What we have done for others and the world remains and is immortal." - Albert Pike

Thursday, 28 June 2007

Rumah Untuk Hatiku

Pada dasarnya, semua orang di dunia ini adalah pengembara. Setiap harinya, kita dituntut untuk melakukan sebuah perjalanan. Perjalanan yang berdasarkan tujuan, dan tujuan itu untuk setiap manusia adalah berbeda-beda. Namun satu hal yang pasti bahwa perjalanan itu tak selalu mudah. Selalu diiringi oleh cobaan-cobaan, rasa takut, rasa pesimis, namun juga diimbangi oleh perasaan senang, puas, dan gembira, jika saja akhir dari perjalanan itu adalah tersampainya tujuan kita.

Kita selalu berpikir, bahwa kemanapun kita pergi, selalu ada satu tempat yang disebut dengan rumah.

Rumah ini adalah yang kita anggap sebagai tempat kita kembali, tempat kita untuk berpulang setelah selesai pengembaraan kita, apapun tujuannya.

Di dalam rumah inilah kita merasa nyaman, karena kita berada pada suatu tempat yang kita kenal, yang kita tahu siapa orang-orang yang ada di dalamnya. Di dalam rumah ini pula, kita coba untuk meninggalkan dunia luar yang membutuhkan banyaknya perjuangan, dan menjadi tempat kita untuk beristirahat.


Namun kita harus menyadari, bahwa tak selamanya rumah yang kita terus berpulang kepadanya, adalah rumah kita yang sebenarnya. Dahulu waktu kecil, kita berpikir rumah kita adalah tempat dimana orang tua kita tinggal. Orang-orang yang sudah berkeluarga melihat bahwa rumah mereka adalah tempat dimana suami atau isteri, dan anak-anak mereka tinggal. Orang-orang yang merantau untuk menuntut ilmu berpikir bahwa rumah mereka adalah negara atau kampung halaman mereka.

Akan tetapi, saat orang tua mereka telah tiada, atau mereka berpisah dari keluarga mereka, tiba-tiba hilanglah tujuan untuk mereka pulang ke rumah. Mungkin dahulu mereka pikir bahwa karena itu adalah rumah mereka, maka mereka pulang kepadanya. Tapi yang mereka tidak sadari adalah bahwa mereka pulang ke rumah itu karena ada sebuah tujuan, dan jika tujuan itu hilang, maka hilanglah pula rumah mereka.

Kadang hati ini selalu mencari dimanakah rumahnya, dimanakah dia harus beristirahat, dimanakah dia harus berhenti sejenak saat letih menghadapi dunia ini.

Mungkin memang rumah untuk hati ini adalah Tuhannya.

Saat kita pergi ke tempat beribadah, ada satu tujuan yang tak pernah berubah, yaitu untuk bertemu dengan Tuhan kita. Di daerah manapun dalam belahan bumi yang manapun, saat kita pergi ke tempat ibadah, hanya ada satu tujuan kita, dan tujuan itu tak pernah berubah dari sejak pertama kali kita menginjakkan kaki di dalamnya, yaitu untuk bertemu denganNya. Karena Dia kekal, Dia adalah sebuah tujuan yang tak akan pernah hilang, tak akan pernah pergi, yang selalu dengan tangan terbuka menerima kedatangan kita, asalkan kita benar-benar ingin datang kepadanya.


Saat kita berada di tempat-tempat ibadah itu, cobalah ingat, bahwa itu adalah rumah kita yang sebenarnya, karena di dalamnya, tak akan pernah berubah tujuan kedatangan kita. Atau lebih tepatnya, tak akan pernah berubah tujuan kepulangan kita.

"God is at home. It is we who have gone for a walk." - Meister Eckhart

Wednesday, 20 June 2007

Doa Untuk Yang Tak Teraih


Aku tahu hati ini terbolak-balik
Kau yang menciptakannya
Kau yang memerintahkannya

Tapi selama perasaan ini masih ada
Ku mohon agar Kau menjaganya
Dan mengembalikannya
Ke jalanMu yang membebaskanku

Karena saat ini
Hati ini sedang berbalik kepadanya

Tuesday, 12 June 2007

Kesepian Yang Menyadarkanku

Kita hidup di dunia ini tidak sendiri, bersama semua orang kita selalu belajar untuk berbagi, belajar untuk hidup bersama. Bahkan hidup kita pun kita bagi bersama orang-orang di sekitar kita. Dengan mencoba untuk menjadi orang yang berguna bagi sesama, kita bagi sedikit dari hidup kita untuk dimasukkan ke dalam hidup mereka, sebagaimana mereka juga menyisihkan sedikit dari hidup mereka, untuk berada dalam hidup kita.


Namun dari semua kebersamaan itu, selalu ada satu hal yang pasti, bahwa memang benar-benar tak ada yang abadi di dunia ini. Semua yang datang pasti akan pergi, semua yang berawal pasti akan berakhir, namun kita tak pernah menyadari. Kadang kita tidak pernah berfikir panjang, kita lupakan masa depan karena kita begitu menikmati masa sekarang. Seakan-akan kita tidak pernah belajar dari masa lalu, bahwa kita pernah kehilangan sesuatu, pernah kehilangan seseorang, dan mungkin kita pernah kehilangan diri kita sendiri.

Mungkin saat ini kita sedang sendiri, sedang berada di dalam sebuah kesepian. Saat-saat inilah kita sadar, bahwa hanya ada satu yang selalu menemani kita selama ini. Saat-saat inilah kita seharusnya sadar, bahwa hanya ada satu yang selalu akan hadir di dalam kesepian kita, di dalam kesulitan kita, di dalam masa-masa sulit kita. Kapankah kita akan sadar bahwa memang Tuhanlah teman baik kita? Dialah sebaik-baiknya teman hidup ini. Dia tahu watak kita dari sejak kita terlahir, di saat muda kita, di saat tua kita, dan di saat kita menghembuskan nafas terakhir kita. Dia selalu memaklumi saat kita menganiaya diri kita di depanNya, selalu membuka tangannya di saat kita meminta pertolonganNya, juga selalu menjadi tempat kita bersanding dan menangis saat hidup ini tak sejalan dengan hati kita.

Dalam kesepian ini, seharusnya kita sadar, bahwa semua orang di dunia ini mampu mengecewakan kita. Semua orang di dunia ini yang pernah kita sakiti, mampu untuk tak memaafkan kita. Namun, tidakkah kita sadar, bahwa sebanyak apapun dosa kita, tetap saja Dia turunkan rezeki-rezeki itu kepada kita? Seharusnya kita tidak boleh bersedih akan kesunyian ini, tak perlu menangis akan kesepian ini. Lihatlah ke atas, ada yang menjaga kita, asalkan kita percaya!


Beruntunglah orang-orang yang dapat mengambil Tuhan mereka sebagai teman baik mereka, karena di dalam kesepiannya, akan selalu ada yang menemaninya. Mereka tak akan pernah sendiri, tak akan pernah bersedih, tak akan pernah merasakan kesepian.

"Friends will keep you sane. Love could fill your heart. A lover can warm your bed. But lonely is the soul without a mate." - David Pratt

Friday, 13 April 2007

Keyakinan


Aku tahu
Bagaikan daun yang jatuh dari pohonnya
Tak ada yang abadi di dunia ini

Tapi aku harus yakin
Aku harus benar-benar yakin
Bagaikan daun yang jatuh dari pohonnya
Tak ada satupun yang dapat jatuh
Kecuali Dia mengetahuinya

Monday, 9 April 2007

Tak Akan Berhenti


Hidup ini adalah sebuah perjalanan panjang, sebuah ujian, juga sebuah kenikmatan, yang semuanya disatukan ke dalam susunan kejadian-kejadian. Kadang kita merasa hidup kita ini penuh warna, dan kadang kita merasa kita hanya sendirian dalam menjalani penderitaan. Jika kita lihat kembali ke masa lalu, entah berapa banyak air mata yang telah tumpah, namun juga entah berapa banyak senyuman yang sudah kita pancarkan. Tapi satu hal yang pasti, keduanya selalu ada menemani kita melewati hidup ini.

Pernahkah kita menyadari bahwa semua orang mempunyai drama mereka masing-masing? Semua orang mempunyai sebuah cerita panjang tentang bagaimana mereka telah menjalani hidup meraka. Saat kita sedang berjalan di muka bumi ini, lihatlah ke sekeliling kita, lihatlah ke orang-orang yang tidak kita kenal. Tanyakanlah di dalam hati kita tentang bagaimana perjalanan hidup mereka. Sesungguhnya itu akan menghibur hati kecil kita, karena kita sadar, semua rasa sakit hati, rasa kecewa, dan rasa putus asa, tak hanya kita sendiri yang pernah melewatinya. Mungkin saja jalan hidup mereka lebih berat dari kita, entah cobaan apa yang mereka harus lewati, entah penderitaan apa yang mereka harus terima.

Semua ini tak akan berhenti, tak akan pernah berhenti. Masih banyak tangisan dan senyuman yang menanti kita di masa depan. Tapi bukankah kita pernah melewati masa-masa sulit itu? Maka jadikanlah itu panduan, agar kita yakin masa-masa sulit itu akan dapat kita lewati lagi. Dan bukankah kita pernah kehilangan masa-masa bahagia kita? Maka jadikanlah itu peringatan, agar kita tidak lupa diri, dan terus bersyukur saat kita merasakan kenikmatan-kenikmatan itu.


Pastikanlah akan ada jalan cerita yang terbaik yang bisa kita berikan kepada orang-orang untuk menjadi sebuah pelajaran berarti. Berikanlah yang terbaik yang bisa kita berikan, apapun hasilnya nanti. Karena memang itulah hidup, kita hanya bisa berikan yang terbaik, lalu berserah diri.

"There is a great meaning in life for those who are willing to journey." - Jim England

Tuesday, 27 March 2007

Jangan Sampai Terlambat

Seberapa ingatkah kita bahwa tak ada yang kekal di dalam hidup ini? Seberapa dalamnya kesadaran kita bahwa cepat atau lambat, apa yang kita lihat, dengar dan rasakan, bahkan diri kita sendiri akan pergi dari dunia ini? Masihkah kita akan menyesal saat semua kepergian ini terjadi? Meskipun sudah banyak sekali peringatan-peringatan, meskipun sudah banyak sekali cerita-cerita kepergian, dan meskipun sudah banyak sekali kita mencoba untuk selalu mengingatnya?


Mereka yang sudah pergi, meninggalkan kita dengan cara yang berbeda-beda. Mereka yang sudah pergi, meninggalkan kita di waktu-waktu yang seringkali kita tak pernah duga, di tempat-tempat yang kita tak pernah sangka. Tak cukupkah ini menjadi pelajaran untuk kita?

Pernahkah kita berpikir seberapa berharganyakah setiap nafas yang kita hembuskan?

Mungkin bagi kita, saat-saat kepergian itu adalah waktu yang masi sangat lama, tapi kita benar-benar tak sadar seberapa dekatnya itu.

Mungkin kita harus mulai berhenti melihat mereka yang meninggalkan kita di masa tuanya. Mungkin kita harus mulai melihat mereka yang meninggalkan kita di saat kuat mereka, di saat mereka pikir jalan hidup mereka masih panjang. Mungkin merekalah yang jalan hidupnya harus kita lihat, harus kita pelajari. Sudah terlambatkah mereka untuk menyesali semua yang mereka lakukan di dunia ini? Sudah terlambatkah mereka untuk meraih semua yang mereka impikan di dunia ini?

Kepergian itu seringkali terjadi, sehingga kita sadar betul akan kehadirannya. Beruntunglah yang bisa mengambil pelajaran darinya, rugilah yang selalu membalikkan badan dan menolak kebenarannya.

Suatu saat nanti, adalah saat-saat untuk salah satu dari kita. Mungkinkah kita akan menyesal? Mungkinkah kita akan akhiri dengan senyuman? Janganlah sampai terlambat...

"Everything comes too late for those who only wait." - Elbert Hubbard

Friday, 23 February 2007

Kekuatanmu Untuk Orang Lain


Entah sampai kapan kita akan dicoba terus. Setiap datang cobaan nampaknya selalu lebih berat dari sebelumnya. Kadangkala, kita sering menerima cobaan itu dengan berat hati, sehingga kita menjadi orang yang egois. Kita jadi lupa orang lain, dan hanya mementingkan kebahagiaan diri sendiri. Kadang kita tidak menerima semua yang buruk datang kepada diri kita dengan baik, sehingga kita tak lagi berpikir bahwa orang lainpun juga menerima cobaan. Mungkin cobaannya berbeda, tetapi itu bukan berarti sebuah alasan bagi kita untuk menganggap hidup kita lebih berat dari mereka.

Kadangkala pula, kita seringkali lupa bahwa ada orang-orang yang di sekitar kita yang memandang tinggi kita. Memandang tinggi kita yang membuat mereka banyak sekali mengharapkan ilmu kita, kekuatan kita, dan teladan kita yang baik untuk mereka.

Saat kita sedang bersedih dan mengurung diri di dalam 'penjara' kita masing-masing, pernahkah kita berpikir bahwa sebenarnya kita juga sedang 'memenjarakan' orang-orang yang memandang tinggi kita?

Kita terlalu menyibukkan diri untuk mencari-cari bagaimana membahagiakan diri kita kembali dan menghilangkan kesedihan kita, sampai-sampai kita lupa akan orang-orang di sekitar kita. Orang-orang yang mungkin sangat membutuhkan bantuan kita.

Memang lebih baik mengurusi diri kita sendiri dulu, sebelum mengurusi orang lain. Tapi kadang kita lupa bahwa kita suka terlarut-larut dengan hal yang sepele. Seringkali kita coba untuk memanjakan kesedihan kita dengan hanya merenung yang tak membuahkan hasil, tanpa ada tekad untuk berubah, tanpa ada usaha dan doa untuk bangkit. Dan lihatlah orang-orang yang ada di sekitar kita, tahukah kita mana saja di antara mereka yang benar-benar membutuhkan kita? Apakah yang akan terjadi kepada mereka jika kita, teladan mereka, menyerah begitu saja kepada cobaan-cobaan yang selalu datang?

Mungkinkah orang-orang itu anak-anak kita? Mungkinkah orang-orang itu saudara kita? Orang tua kita? Teman-teman kita? Ataukah mereka orang-orang yang kita tidak kenal, tetapi secara tidak langsung kita telah membantu mereka?

Yakinlah bahwa kesedihan itu selalu akan datang, cobaan-cobaan selalu ada dan berganti. Yang terbaik yang bisa kita lakukan adalah untuk selalu bersabar, dan ingat bahwa ada yang selalu memandang tinggi kita. Jadikanlah itu sebuah kekuatan untuk berjuang. Jadikanlah itu sebuah kekuatan untuk bersabar. Jadikanlah itu sumber kekuatan untuk membangkitkan diri kita dari kesedihan.

Mungkin selama ini, bukanlah kita yang paling bersedih saat hal buruk menimpa kita. Mungkin saja selama ini, itu mereka...

"Each person must live their life as a model for others." - Rosa Parks

Saturday, 13 January 2007

(Lagi-Lagi) Ku Terjatuh

Lagi-lagi, akupun terjatuh. Terjatuh ke dalam lubang yang dalam. Lubang yang aku sudah sering terpeleset ke dalamnya. Selalu ku jaga diriku dari lubang itu, selalu ku didik diriku untuk menjauh darinya. Dengan semua kekuatan hatiku, dengan semua kekuatan imanku, kucoba untuk selalu hadirkan kesadaranku untuk menghindarinya. Akan tetapi, selalu saja ada satu waktu itu, waktu yang tak membutuhkan lebih dari 10 detik, dimana tiba-tiba semua akal pikiranku hilang dan hati nuraniku pun tertutup; sehingga pada akhirnya, lagi-lagi ku terjatuh.


Aku tahu sebenarnya aku tak perlu bersedih, karena kesadaranku akan kekuranganku telah ada. Aku bukanlah seseorang yang tak tahu akan kekuranganku, dan seharusnya itu menjadi sebuah awal yang baik untuk memperbaiki diriku. Mungkin selama ini bukanlah hasilnya yang akan membuatku menjadi orang yang lebih baik. Mungkin selama ini tekadku untuk selalu berubah dan jerih payahku untuk terus bangkit meskipun aku jatuh berkali-kalilah yang telah mendewasakanku. Mungkin itulah yang telah menjadikanku orang yang lebih kuat dan sabar dari sebelumnya. Mungkin itulah sebenarnya pencapaian yang ingin aku raih, yaitu menjadi seseorang yang tak pernah berhenti untuk mencoba memperbaiki diri.

Lupakanlah hasilnya, karena pada akhirnya hasilnya akan ku rasakan hanya untuk sesaat.

Tapi aku yakin, semua jerih payah untuk selalu bangkit ini yang akan terus menemaniku dan mengokohkanku untuk melalui cobaan-cobaan di masa depan yang lebih berat.

Sesungguhnya, aku ingin sekali berhenti sejenak untuk berpikir dan berdoa. Berdoa agar ku bertemu denganNya. Entah bagaimana caranya tapi selalu ada keinginan di dalam hatiku untuk segera bertemu denganNya dan menangis di pelukanNya. Menangis atas semua cobaan yang telah menimpaku, dan segala kehilangan yang aku rasakan selama di dunia ini. Karena aku tahu, memang Dialah yang benar-benar bisa merubah segalanya.

Aku percaya akan adanya keajaiban, karena aku percaya akan kehadiranNya.

Terkadang itu yang selalu menguatkanku untuk terus berjuang, karena aku yakin, meskipun jalan keluar sudah tidak mungkin lagi bisa diraih, Dialah yang bisa merubah semua itu menjadi mudah. Maka dari itu, ingin sekali segera bertemu dengan 'Sang Penjagaku'.


Akan tetapi, aku takut sekali rasanya bertemu denganNya jika saja pertemuan itu bukanlah pertemuan yang menyenangkan. Jika teringat dosa-dosaku, takut sekali rasanya bertemu denganNya, takut akan keadilanNya. Semoga saja suatu saat nanti, Dia undang aku untuk datang kepadaNya dalam keadaan yang membahagiakan, sehingga bisa aku lepaskan semua perasaan yang ada di dalam hatiku ini. Semua belenggu yang telah mengotori hati ini. Semoga saja aku datang dalam keadaan cinta kepadaNya, dan semoga Dia juga menerimaku dengan cintaNya kepadaku.

"Courage doesn't always roar. Sometimes courage is the quiet voice at the end of the day saying, "I will try again tomorrow." - Mary Anne Radmacher

Tuesday, 9 January 2007

Kosong



Aku benar-benar tak tahu apa yang aku lakukan di dunia ini.
Tak tahu apa yang aku lakukan dengan hidupku ini.
Dan buruknya, aku seperti berjalan tanpa tujuan.
Hanya terombang-ambing oleh kehidupan di sekitarku,
tanpa mempedulikan apa yang aku mau.

Tolong diberi petunjuk ya Tuhan.
Bukan petunjuk yang jelas seperti tertulis di buku.
Tapi petunjuk yang Kau masukkan ke dalam hatiku.
Yang aku akan tersadarkan sendiri bahwa datangnya dariMu.
Yang akan menenangkan hatiku.
Yang akan membuatku bangkit.
Membuatku ingin berjuang, serumit apapun hidupku nanti.

Andai aku tahu perasaanMu kepadaku.
Apakah selama ini sudah cukup tinggikah aku di mataMu.
Tapi aku tahu tak ada gunanya mengetahui semua itu.
Karena itu hanya akan membuatku berhenti berjuang.
Berjuang untuk selalu mendekatkan diriku padaMu.

Hatiku sedang benar-benar kosong.
Benar-benar kosong.
Seperti aku sedang kehilangan segalanya.
Bukan kehilangan dimana yang ada menjadi tak ada.
Tapi kehilangan dimana yang ada menjauh dariku.
Menjauh karena aku memandang rendah mereka.

Kosong...
Benar-benar kosong...

Saturday, 6 January 2007

Kemana Aku Menatap


Bukalah hatimu untuk sejenak, dan pikirkanlah apa yang sudah terjadi dalam hidupmu. Banyak sekali tangisan-tangisan yang kita lewati, dan banyak pula canda dan tawa yang menghiasi hidup kita. Banyak pula kita merasakan kehilangan orang-orang yang kita sayangi, baik itu kehilangan mereka untuk selamanya, maupun kehilangan mereka untuk direlakan kepada orang lain. Tapi banyak pula kita merasakan kedatangan orang-orang baru ke dalam hidup kita, yang di mana mereka telah menjadi orang-orang yang akan kita jaga persahabatannya sampai akhir hayat kita.

Mungkin selalu saja kita bertanya mengapa hidup kita begitu sulit, kenapa hidup kita begitu kosong. Terkadang kita suka tersadarkan dan bertanya mengapa kita tak bisa tertawa akan hal-hal yang seharusnya membuat kita senang, ataupun merasa gembira di saat kita menerima kenikmatan. Hati ini kadang terasa kosong, selalu saja gundah, selalu saja gelisah, seakan-akan percaya bahwa semua kebahagiaan itu pada akhirnya akan diambil dari hidup kita.

Percayalah, bahwa memang semua itu akan diambil dari kehidupan kita.

Bagi yang belum mau percaya, maka yakinlah bahwa memang semua ini akan hilang dari hidup kita. Kebahagiaan, kesetiaan, kepercayaan dan rasa sayang, semua ini adalah hal yang tak akan bertahan selamanya. Tapi ingatlah, rasa cemas, sedih, gelisah, nasib buruk, semua itu juga akan ada akhirnya. Semua saling bertukar, dari buruk menjadi baik, dan dari baik menjadi buruk. Semua itu adalah bagian dari hidup ini, yang sebenarnya kita sudah mengetahui bagaimana itu bekerja, tapi banyak dari kita yang terlupa.

Bukankah dunia ini memang tempat untuk berjuang? Tak hanya di saat sedih kita, namun di saat bahagiapun kita harus berjuang. Berjuang untuk mempertahankan kebahagiaan, berjuang untuk mensyukuri kebahagiaan itu, dan berjuang untuk tidak menyombongkan diri atas kenikmatan yang kita dapatkan. Sesungguhnya kita memang sudah benar-benar tahu rasa pahitnya hidup ini, maka janganlah kita lupa rasa pahit itu.


Kemanakah kita harus menatap saat hati ini kosong? Kemanakah kita harus berpaling saat kita tak tahu lagi apa yang harus kita lakukan di dunia ini? Inilah cerminan yang sangat jelas sekali dari sebuah ibadah yang bernama tawakkal. Dan mungkin, inilah sebuah pembuktian apakah benar-benar kita bisa melepaskan semua harapan kita kepadaNya? Saat kita menangis terisak-isak karena kita benar-benar dibuat menderita oleh kesesatan kita dalam mencari jawaban, mungkin itulah setinggi-tingginya derajat kita. Derajat, di mana seorang hamba benar-benar melepaskan kebanggaan dan kehormatannya, dan menyerahkan seluruhnya kepadaNya, dan benar-benar menyadari, bahwa dirinya tak berarti apa-apa dibanding dengan diriNya.

Janganlah lagi engkau mencari-cari tempat untuk menatap, semua ada di dalam hatimu, dan sesungguhnya kaupun tahu itu. Ingatlah semua ini tak seburuk yang terlihat di matamu, karena pandangan matamu memang terbatas. Lihatlah kepada hal-hal yang tak terlihat oleh matamu, namun begitu jelas sekali terlihat oleh hatimu.

Dan janganlah engkau menyerah...
Janganlah engkau menyerah...
Janganlah engkau menyerah...