Saturday, 6 January 2007

Kemana Aku Menatap


Bukalah hatimu untuk sejenak, dan pikirkanlah apa yang sudah terjadi dalam hidupmu. Banyak sekali tangisan-tangisan yang kita lewati, dan banyak pula canda dan tawa yang menghiasi hidup kita. Banyak pula kita merasakan kehilangan orang-orang yang kita sayangi, baik itu kehilangan mereka untuk selamanya, maupun kehilangan mereka untuk direlakan kepada orang lain. Tapi banyak pula kita merasakan kedatangan orang-orang baru ke dalam hidup kita, yang di mana mereka telah menjadi orang-orang yang akan kita jaga persahabatannya sampai akhir hayat kita.

Mungkin selalu saja kita bertanya mengapa hidup kita begitu sulit, kenapa hidup kita begitu kosong. Terkadang kita suka tersadarkan dan bertanya mengapa kita tak bisa tertawa akan hal-hal yang seharusnya membuat kita senang, ataupun merasa gembira di saat kita menerima kenikmatan. Hati ini kadang terasa kosong, selalu saja gundah, selalu saja gelisah, seakan-akan percaya bahwa semua kebahagiaan itu pada akhirnya akan diambil dari hidup kita.

Percayalah, bahwa memang semua itu akan diambil dari kehidupan kita.

Bagi yang belum mau percaya, maka yakinlah bahwa memang semua ini akan hilang dari hidup kita. Kebahagiaan, kesetiaan, kepercayaan dan rasa sayang, semua ini adalah hal yang tak akan bertahan selamanya. Tapi ingatlah, rasa cemas, sedih, gelisah, nasib buruk, semua itu juga akan ada akhirnya. Semua saling bertukar, dari buruk menjadi baik, dan dari baik menjadi buruk. Semua itu adalah bagian dari hidup ini, yang sebenarnya kita sudah mengetahui bagaimana itu bekerja, tapi banyak dari kita yang terlupa.

Bukankah dunia ini memang tempat untuk berjuang? Tak hanya di saat sedih kita, namun di saat bahagiapun kita harus berjuang. Berjuang untuk mempertahankan kebahagiaan, berjuang untuk mensyukuri kebahagiaan itu, dan berjuang untuk tidak menyombongkan diri atas kenikmatan yang kita dapatkan. Sesungguhnya kita memang sudah benar-benar tahu rasa pahitnya hidup ini, maka janganlah kita lupa rasa pahit itu.


Kemanakah kita harus menatap saat hati ini kosong? Kemanakah kita harus berpaling saat kita tak tahu lagi apa yang harus kita lakukan di dunia ini? Inilah cerminan yang sangat jelas sekali dari sebuah ibadah yang bernama tawakkal. Dan mungkin, inilah sebuah pembuktian apakah benar-benar kita bisa melepaskan semua harapan kita kepadaNya? Saat kita menangis terisak-isak karena kita benar-benar dibuat menderita oleh kesesatan kita dalam mencari jawaban, mungkin itulah setinggi-tingginya derajat kita. Derajat, di mana seorang hamba benar-benar melepaskan kebanggaan dan kehormatannya, dan menyerahkan seluruhnya kepadaNya, dan benar-benar menyadari, bahwa dirinya tak berarti apa-apa dibanding dengan diriNya.

Janganlah lagi engkau mencari-cari tempat untuk menatap, semua ada di dalam hatimu, dan sesungguhnya kaupun tahu itu. Ingatlah semua ini tak seburuk yang terlihat di matamu, karena pandangan matamu memang terbatas. Lihatlah kepada hal-hal yang tak terlihat oleh matamu, namun begitu jelas sekali terlihat oleh hatimu.

Dan janganlah engkau menyerah...
Janganlah engkau menyerah...
Janganlah engkau menyerah...