Kadang kita selalu menyalahkan diri kita saat terjerumus ke dalam sebuah dosa. Benar-benar kita pandang diri ini sangat tercela, betapa tak mampunya kita menahan hawa nafsu ini. Betapa tak mampunya kita menunjukkan sebuah kualitas yang selama ini kita idam-idamkan untuk mencegah diri dari berbuat kesalahan. Dan saat kita sudah mulai memandang diri kita rendah, terjatuhlah pula mental kita. Sikap negatif dan pesimispun akhirnya menjadi karakter diri ini.
Tapi, bukanlah memang setan adalah musuh kita yang benar-benar nyata?
Kadang kita tidak sadar bahwa bisikan setan selalu ada dalam diri kita, selalu ada di balik kesadaran kita. Bukankah jika kita bertemu musuh kita, seseorang yang benar-benar kita benci, apapun yang ia katakan, apapun yang ia perintahkan, sesungguhnya benar-benar akan kita tolak? Sesungguhnya kebencian kita kepada seseorang atau sesuatu akan membuat kita menjauhinya, akan membuat kita menolak untuk berurusan dengannya. Namun kadang kita seringkali terlupa dengan musuh kita yang tidak terlihat ini. Seandainya kita mampu melihat mereka dengan mata hati kita, akan tersadarkan diri ini untuk tidak mengikuti perkataannya. Akan tersadar hati ini untuk menolak ajakannya.
Sesungguhnya mencela diri bukanlah sesuatu yang buruk, karena memang kesadaran seorang hamba akan kesalahannya akan membuatnya menyesal dan merenung. Tapi penyesalan hanyalah menguntungkan jika diiringi dengan doa dan taubat kepada Tuhannya. Taubat agar diampuni semua dosa-dosanya, dan doa agar dituntun dirinya untuk menjadi seseorang yang lebih baik dalam hidup ini.
"Hell is the highest reward that the devil can offer you for being a servant of his." - Billy Sunday