Saturday, 13 January 2007

(Lagi-Lagi) Ku Terjatuh

Lagi-lagi, akupun terjatuh. Terjatuh ke dalam lubang yang dalam. Lubang yang aku sudah sering terpeleset ke dalamnya. Selalu ku jaga diriku dari lubang itu, selalu ku didik diriku untuk menjauh darinya. Dengan semua kekuatan hatiku, dengan semua kekuatan imanku, kucoba untuk selalu hadirkan kesadaranku untuk menghindarinya. Akan tetapi, selalu saja ada satu waktu itu, waktu yang tak membutuhkan lebih dari 10 detik, dimana tiba-tiba semua akal pikiranku hilang dan hati nuraniku pun tertutup; sehingga pada akhirnya, lagi-lagi ku terjatuh.


Aku tahu sebenarnya aku tak perlu bersedih, karena kesadaranku akan kekuranganku telah ada. Aku bukanlah seseorang yang tak tahu akan kekuranganku, dan seharusnya itu menjadi sebuah awal yang baik untuk memperbaiki diriku. Mungkin selama ini bukanlah hasilnya yang akan membuatku menjadi orang yang lebih baik. Mungkin selama ini tekadku untuk selalu berubah dan jerih payahku untuk terus bangkit meskipun aku jatuh berkali-kalilah yang telah mendewasakanku. Mungkin itulah yang telah menjadikanku orang yang lebih kuat dan sabar dari sebelumnya. Mungkin itulah sebenarnya pencapaian yang ingin aku raih, yaitu menjadi seseorang yang tak pernah berhenti untuk mencoba memperbaiki diri.

Lupakanlah hasilnya, karena pada akhirnya hasilnya akan ku rasakan hanya untuk sesaat.

Tapi aku yakin, semua jerih payah untuk selalu bangkit ini yang akan terus menemaniku dan mengokohkanku untuk melalui cobaan-cobaan di masa depan yang lebih berat.

Sesungguhnya, aku ingin sekali berhenti sejenak untuk berpikir dan berdoa. Berdoa agar ku bertemu denganNya. Entah bagaimana caranya tapi selalu ada keinginan di dalam hatiku untuk segera bertemu denganNya dan menangis di pelukanNya. Menangis atas semua cobaan yang telah menimpaku, dan segala kehilangan yang aku rasakan selama di dunia ini. Karena aku tahu, memang Dialah yang benar-benar bisa merubah segalanya.

Aku percaya akan adanya keajaiban, karena aku percaya akan kehadiranNya.

Terkadang itu yang selalu menguatkanku untuk terus berjuang, karena aku yakin, meskipun jalan keluar sudah tidak mungkin lagi bisa diraih, Dialah yang bisa merubah semua itu menjadi mudah. Maka dari itu, ingin sekali segera bertemu dengan 'Sang Penjagaku'.


Akan tetapi, aku takut sekali rasanya bertemu denganNya jika saja pertemuan itu bukanlah pertemuan yang menyenangkan. Jika teringat dosa-dosaku, takut sekali rasanya bertemu denganNya, takut akan keadilanNya. Semoga saja suatu saat nanti, Dia undang aku untuk datang kepadaNya dalam keadaan yang membahagiakan, sehingga bisa aku lepaskan semua perasaan yang ada di dalam hatiku ini. Semua belenggu yang telah mengotori hati ini. Semoga saja aku datang dalam keadaan cinta kepadaNya, dan semoga Dia juga menerimaku dengan cintaNya kepadaku.

"Courage doesn't always roar. Sometimes courage is the quiet voice at the end of the day saying, "I will try again tomorrow." - Mary Anne Radmacher

Tuesday, 9 January 2007

Kosong



Aku benar-benar tak tahu apa yang aku lakukan di dunia ini.
Tak tahu apa yang aku lakukan dengan hidupku ini.
Dan buruknya, aku seperti berjalan tanpa tujuan.
Hanya terombang-ambing oleh kehidupan di sekitarku,
tanpa mempedulikan apa yang aku mau.

Tolong diberi petunjuk ya Tuhan.
Bukan petunjuk yang jelas seperti tertulis di buku.
Tapi petunjuk yang Kau masukkan ke dalam hatiku.
Yang aku akan tersadarkan sendiri bahwa datangnya dariMu.
Yang akan menenangkan hatiku.
Yang akan membuatku bangkit.
Membuatku ingin berjuang, serumit apapun hidupku nanti.

Andai aku tahu perasaanMu kepadaku.
Apakah selama ini sudah cukup tinggikah aku di mataMu.
Tapi aku tahu tak ada gunanya mengetahui semua itu.
Karena itu hanya akan membuatku berhenti berjuang.
Berjuang untuk selalu mendekatkan diriku padaMu.

Hatiku sedang benar-benar kosong.
Benar-benar kosong.
Seperti aku sedang kehilangan segalanya.
Bukan kehilangan dimana yang ada menjadi tak ada.
Tapi kehilangan dimana yang ada menjauh dariku.
Menjauh karena aku memandang rendah mereka.

Kosong...
Benar-benar kosong...

Saturday, 6 January 2007

Kemana Aku Menatap


Bukalah hatimu untuk sejenak, dan pikirkanlah apa yang sudah terjadi dalam hidupmu. Banyak sekali tangisan-tangisan yang kita lewati, dan banyak pula canda dan tawa yang menghiasi hidup kita. Banyak pula kita merasakan kehilangan orang-orang yang kita sayangi, baik itu kehilangan mereka untuk selamanya, maupun kehilangan mereka untuk direlakan kepada orang lain. Tapi banyak pula kita merasakan kedatangan orang-orang baru ke dalam hidup kita, yang di mana mereka telah menjadi orang-orang yang akan kita jaga persahabatannya sampai akhir hayat kita.

Mungkin selalu saja kita bertanya mengapa hidup kita begitu sulit, kenapa hidup kita begitu kosong. Terkadang kita suka tersadarkan dan bertanya mengapa kita tak bisa tertawa akan hal-hal yang seharusnya membuat kita senang, ataupun merasa gembira di saat kita menerima kenikmatan. Hati ini kadang terasa kosong, selalu saja gundah, selalu saja gelisah, seakan-akan percaya bahwa semua kebahagiaan itu pada akhirnya akan diambil dari hidup kita.

Percayalah, bahwa memang semua itu akan diambil dari kehidupan kita.

Bagi yang belum mau percaya, maka yakinlah bahwa memang semua ini akan hilang dari hidup kita. Kebahagiaan, kesetiaan, kepercayaan dan rasa sayang, semua ini adalah hal yang tak akan bertahan selamanya. Tapi ingatlah, rasa cemas, sedih, gelisah, nasib buruk, semua itu juga akan ada akhirnya. Semua saling bertukar, dari buruk menjadi baik, dan dari baik menjadi buruk. Semua itu adalah bagian dari hidup ini, yang sebenarnya kita sudah mengetahui bagaimana itu bekerja, tapi banyak dari kita yang terlupa.

Bukankah dunia ini memang tempat untuk berjuang? Tak hanya di saat sedih kita, namun di saat bahagiapun kita harus berjuang. Berjuang untuk mempertahankan kebahagiaan, berjuang untuk mensyukuri kebahagiaan itu, dan berjuang untuk tidak menyombongkan diri atas kenikmatan yang kita dapatkan. Sesungguhnya kita memang sudah benar-benar tahu rasa pahitnya hidup ini, maka janganlah kita lupa rasa pahit itu.


Kemanakah kita harus menatap saat hati ini kosong? Kemanakah kita harus berpaling saat kita tak tahu lagi apa yang harus kita lakukan di dunia ini? Inilah cerminan yang sangat jelas sekali dari sebuah ibadah yang bernama tawakkal. Dan mungkin, inilah sebuah pembuktian apakah benar-benar kita bisa melepaskan semua harapan kita kepadaNya? Saat kita menangis terisak-isak karena kita benar-benar dibuat menderita oleh kesesatan kita dalam mencari jawaban, mungkin itulah setinggi-tingginya derajat kita. Derajat, di mana seorang hamba benar-benar melepaskan kebanggaan dan kehormatannya, dan menyerahkan seluruhnya kepadaNya, dan benar-benar menyadari, bahwa dirinya tak berarti apa-apa dibanding dengan diriNya.

Janganlah lagi engkau mencari-cari tempat untuk menatap, semua ada di dalam hatimu, dan sesungguhnya kaupun tahu itu. Ingatlah semua ini tak seburuk yang terlihat di matamu, karena pandangan matamu memang terbatas. Lihatlah kepada hal-hal yang tak terlihat oleh matamu, namun begitu jelas sekali terlihat oleh hatimu.

Dan janganlah engkau menyerah...
Janganlah engkau menyerah...
Janganlah engkau menyerah...